Yang ada di atas ini benar-benar kejadian nyata. Tapi ya itu salah sendiri sih, nyebutnya gak lengkap “game developer” atau “graphic designer” gitu. Heuhe. Anyway,  desainer kurang dilihat sebagai suatu pekerjaan, daripada misalnya dokter, atau guru, atau pedagang. Dulu ketika bikin KTP, saya bilang pekerjaan desainer aja diketawain orang sekantor kecamatan. Dih.

Saya teringat saat di kampung halaman. Rembang.

*mata menerawang* *matahari terbenam* *shyuuuuuu*

Suatu hari, saya berniat mencari tempat makan yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya. Kegiatan rutin berkala untuk menemukan santapan baru lezat; yang siapa tahu akan jadi langganan. Iya, salah satu hobi saya memang makan, ~gak usah protes deh.

Nah, saat mengendarai motor dan mencari-cari warung, saya melewati suatu bangunan dengan papan bertuliskan: “Percetakan Sejahtera”. (Bukan nama sebenarnya) Saya berhenti sejenak, dan memperhatikan keterangan di bawahnya.

Percetakan SEJAHTERA. Melayani cetak Digital, Banner, Undangan, Stempel, Kartu Nama, ID Card, dll. Murah & Dengan Hasil Istimewa dan memuaskan. Desain Gratis!

Bah! Saya melengos, lantas melanjutkan perjalanan. Tersinggung karena ‘desain’ diberikan secara cuma-cuma.

(EDIT: Saya googling dengan keyword ‘percetakan gratis desain’ dan menemukan cukup banyak brosur dan banner yang menyakitkan.)

Para pemilik usaha percetakan tadi (nekat) memasang embel-embel “Desain Gratis” karena dia atau staff-nya mungkin mahir aplikasi grafis semacam Adobe Photoshop, Illustrator, Freehand atau CorelDraw. Saya yakin mereka hanya tahu tentang grafis dan tidak pernah paham teori-teori dasar desain.

Bukti bahwa percetakan abal-abal itu nggak paham desain bisa dilihat dari baliho-baliho caleg yang beredar. Warna tumpang tindih, lay-out berantakan. Tidak sedap dipandang, “Sampah visual!” kalau kata dosen saya.

*minum dulu* *agak emosi*

Oke. Desain grafis adalah bagian dari ‘Desain’. Ilmu merancang. Dan itu ada teori, ada batasan dan ada aturannya.

Analogikan dengan bidang kedokteran. Ada Kedokteran Umum, ada Kedokteran Gigi, ada Kedokteran Hewan, ada Spesialis Kandungan dan lain-lain. Orang yang cukup paham tentang hewan dari hanya membaca-baca saja nggak bisa seenaknya disebut Dokter Hewan. Ya kan, ya?

Kembali ke taufik, back to the topic; selain Desain Grafis, ada beberapa disiplin ilmu desain: Desain Interior, Desain Web, Desain UIX, Desain Produk, Arsitektur, dan lain-lain. Pondasi awalnya ada di desain. Ada prinsip, ada metode, bahkan ada filosofi yang mendasari suatu bentuk desain. Warna ini maknanya apa, garis melengkung itu artinya apa, bentuk ini-itu melambangkan apa. Semuanya ada. Desain bukan sekedar coretan gambar diwarnai sesuka hati plus tulisan yang digabungkan di Photoshop.

Grafis, dari bahasa yunani graphikos adalah bentuk visual yang ada di satu permukaan. Singkat kata: gambar. Gambar apapun. Tidak peduli itu bagus, atau ngawur. Permukaannya juga bisa apapun; kertas, kanvas, monitor, tembok, kayu dan lain-lain. Kalau ada orang yang mencoret-coret kertas secara amburadul kemudian dia menyebutnya karya seni grafis, dia tidak salah. Tapi ketika dia bilang itu adalah desain, weitss belum tentu.

Namun; tidak bisa disalahkan juga sih ya. Hmmmm. Kemajuan teknologi bikin semuanya mudah. Asal mau niat belajar aplikasinya, maka merancang layout dan menggambar bentuk bisa dilakukan dengan mudah. Apalagi jika terhubung dengan internet, tinggal cari template atau clipart gratisan untuk dicontek.

Tidak bisa disalahkan juga; klien yang datang di percetakan abal-abal semacam itu biasanya pengusaha-pengusaha kecil. Kadang pegawai sipil, atau malah anak SMA. Oom Bos percetakan mana tega ngasih harga mahal? (Tim Caleg dateng ke percetakan murah ini jelas karena biar biaya cetaknya murah. Hih.)

Makanya, untuk tempat percetakan kecil gitu saya menyarankan untuk mengubah embel-embel ‘Gratis Desain’ menjadi ‘Bebas Biaya Grafis’. Karena bikin gambar grafis nggak perlu ilmu desain. Yang penting klien senang, para desainer tidak meradang.

Gitu.

Tentang profesi desain; di Indonesia ini ada yang lebih menarik. Saya sempat membaca suatu lowongan pekerjaan di perusahaan Digital Advertising untuk posisi “Graphic Designer”. Syaratnya: Menguasai Photoshop, Illustrator, CorelDraw, InDesign sekaligus memahami HTML, PHP, CSS, JavaScript.

Wait, what?!?

8(

Lucu sekali. Di perusahaan kecil, desainer tidak dihargai. Di perusahaan yang cukup mentereng, seorang desainer dipandang terlalu tinggi. Desainer dipandang bisa menguasai beberapa software desain sekaligus.

Mereka mengira seorang desainer grafis bisa mengerjakan segala bentuk desain. Uhm. Let’s make it simple. Jadi, katakanlah perusahaan itu mencari orang yang bisa bikin website. Nah, suatu website keren yang dibangun dari nol (bukan template) ~itu minimal dikerjakan oleh 2 orang: desainer grafis dan programmer. Desainer bertugas mempermak penampilannya, sementara programmer membangun kode-kode perintah untuk ‘menghidupkan’ web itu. Analogi, jika website itu mobil; maka desainer merancang bodypart sementara programmer memasang mesinnya.

Dalam satu tim, Desainer Grafis tidak perlu mahir programming; vice versa, seorang Programmer tidak perlu mahir desain. Karena secara natural, manusia punya kelebihan dan kekurangan. Saling mengisi. Lagipula, orang yang serba-bisa itu malah kayaknya nggak efektif. Nggak fokus pada pekerjaannya.

Ya kan, yah?

Nah, karena perusahaan kelas bawah tidak menghargai, sementara perusahaan kelas atas terlalu menghargai desainer ~maka banyak sekali kaum buruh desain yang menjadi freelance. Tidak terikat kantor, nyari-nyari kerjaan desain sendiri. Termasuk saya.

Hmmm, mungkin kapan-kapan saya akan membahas tentang freelance.

Semoga hari kalian menyenangkan.

:blush:

62 tanggapan untuk “#51 : Desain Grafis bukan Desain Gratis

  1. Artikelnya sangat menarik gan, Terimakasih gan, salam kenal ya gan.

  2. terima kasih gan,,,infonya,,salam kenal yo,,, :-)

  3. Jangankan desain grafis yang produk akhirnya printing, bahkan arsitek sama interior designer yang hasilnya dibangun, masih banyak kontraktor yang masang jasa desain gratis. Butuh dikasih pengertian lebih buat masyarakatnya. :sorry:

  4. bener banget seorang programmer tidak perlu wajib bisa designer, ane sebagai programmer jujur sering minta temen yang jago untuk desain tampilan web, sisa logicnya ane yang kerjain :-)

  5. masih banyak yang tidak menghargai hasil karya design, walaupun design itu perlu logic dan kreatifitas yang tinggi, sangat sungguh disayangkan

Comment navigation

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

:-) :blush: x) :-w :iyagitu: :fufu: :sorry: :kishi: :gross: :die: 8( :hihi: :-? more »

Post Navigation