DrivlisPagi-pagi, saya ditilpun oleh Bu Sulis. Bukan, beliau bukan penyanyi sholawatan itu. Beliau adalah Polwan, Polisi Wanita *iya, siapapun juga tau singkatannya*. Btw, saya biasa memanggil beliau Bu Lis –dan dalam bahasa arab, al-buulis memang bermakna polisi. Coincidence, kah?! Hohoho..

“Masova.. SIM-nya sudah jadii. Mau diambil kapaan?!?” kata beliou di telepon.

(Beberapa hari yang lalu saya memproses SIM baru karena yang lama patah, dan masa aktifnya juga sudah mau habis. Lagian pulsanya tinggal sedikit. *Oi, ini SIM!!! Bukan simcard, va!!!*. Kata Pak Polisi, karena materialnya belum datang –SIM baru saya tidak bisa langsung jadi. Musti menunggu 2-3 hari.)

Saya bilang kepada Bu Lis, bahwa saya sebentar lagi berangkat. Kemudian, ketika menstarter motor, saya inget kalau kemarin menjanjikan potokopi KTP kepada Bu Lis. Sebagai salah 1 persyaratan, katanya. Tapi saya sadar kalau KTP saya hilang. Hmmm, sekalian saja. Saya pergi ke Kelurahan untuk mbikin KTP pengganti.

Brrrrrm. Sampai di Kelurahan :

Petugas : “Hilang? Ada surat keterangan hilang dari Polsek?!”
Saya : “Tentu saja tidak.”
Petugas : “Monggo, minta dulu Surat Hilang di Polsek. Nanti ke sini lagi.”

Saya meluncur ke Polsek, kemudian minta Surat Kehilangan itu. Sambil diproses, saya ditanyain macem-macem –seperti, “Asmirandah itu jomblo, ya Mas?!” atau “Pilem Pocong Beranak sudah dirilis belum ya?!”. Meh, ini Polsek apa infotainment?!?

Polisi : “Hilangnya di mana, Masova?”
Saya : “Hmmm, kalau saya tau di mana, bukan hilang Pak namanya”
Polisi : *keluh* “Maksud saya, terakhir adanya di mana.”
Saya : “Di perjalanan gitu pak, dari rumah saya menuju warung Rawon Pak Brengos.”
Polisi : “Oh, oke. Sip!!”

Setelah dapat Surat Keterangan itu, saya kembali menuju Kelurahan :

Saya : “Ini, Pak!! Mana KTP saya?!”
Petugas : “Enak saja.. Kartu Keluarga ada?”
Saya : “Kartu Keluarga?! KK?! Tentu saja tidak.”
Petugas : “Monggo, potokopi dulu nanti bawa ke sini lagi..

Saya pun pulang kembali ke rumah, minta KK pada kakak saya –yg kebetulan ternyata sudah ada potokopian-nya. Ihii.. Oke, kembali ke Kelurahan :

Saya : “Ini, Pak!”
Petugas : “Sip! Sip! Ini diisi dulu, ditandatangani, nanti dibawa ke Kecamatan.”
Saya : “Oke.” *menandatangani*
Petugas : “Monggo, ini langsung dibawa ke Kecamatan.. Nanti ke sini lagi.”
Saya : “Loh?! Ngapain ke sini lagi, Pak?!
Petugas : “Oh, nggak ding. Hehehe..”

Kantor Kecamatan berjarak 1 menit dari Kelurahan, saya memarkir motor kemudian menuju loket khusus KTP. Di sana ada beberapa orang yang lagi mengurus KTP atau entah apa. Saya menghampiri sambil mengacungkan berkas-berkas surat dari Kecamatan:

Saya : “Bu. Bikin KTP, yg lama hilang.”
Ibu Petugas : “Jam 11 sudah tutup, Mas!” *acuh tak acuh*
Saya : “Loh?! Ini kok masih buka? Ini pada ngapain?”
Ibu Petugas : “Ini sudah dari tadi, Mas. Besok saja, ya. LOH Pak!! Stempelnya mana?!?”  *masih acuh tak acuh, ngobrol sama rekan sejawat*
Saya : *melihat jam, jam 12 kurang dikit* “Ya sudahlah ™”

Saat mau pulang, saya iseng-iseng membaca pengumuman di tembok dekat loket. Dan saya membaca tulisan ini :

Pengumuman
Saya esmosih.
Seandainya tidak ada Pengumuman yang ditempel seperti itu, gak jadi masalah. Seandainya, mereka menulis beneran ‘Hanya Sampai Jam 11’ saya maklum dan bisa memahami. Tapi, petugas-petugas di Kecamatan ini membohongi publik dengan mengatakan hal yang tidak sesuai dengan ketentuan. Maka :

Saya : *berusaha tenang* “Pengumuman ini valid ya? Masih berlaku kan?”
Pak Petugas : “Kenapa, Mas?!”
Saya : “Di sini kok ditulis, ‘sampai jam 14’?! Sampai jam 2?! Sekarang kan masih jam 12?!”
Pak Petugas : “Anu.. Itu…”
Saya : *mulai meninggi* “Kenapa gak ditulis aja jam 11?! Kan gak perlu ngebohongi saya.”
Bu Petugas *yang tadi acuh* : “Mas.. Kami memang buka sampai jam 2, tapi Pendaftaran ditutup sampai jam 11.”
Saya : “Kenapa tidak ditulis di sini?! Mana? Gak ada kok..”

Setelah adu mulut, ada orang dalam yang rasanya mengenal saya. Trus berbisik *namun masih kedengaran*, “Sudahlah, Bu.. Diterima saja.”

Pak Petugas : “Maaf, Mas? Mana berkas dari Kecamatan tadi?”
Saya : *memberikan*
Pak Petugas : “Mas Mustova.. ” *terdiam* “Mas Bisri Mustova?!”
Bu Petugas : *menoleh, dan melihat ke berkas dan KK*
Saya : *SMS’an*
Para Petugas Kecamatan: *berbisik-bisik gak jelas*

Secara ajaib, raut muka petugas-petugas itu berubah. Saya dipersilahkan masuk ke dalam ruangan, dan langsung proses mengambil poto dan tanda tangan. Wajah-wajah yang tadinya agak marah, kini jadi lebih ramah.

Pak Petugas : “Maaf, Mas. Tadi sudah pada capek, biasanya memang jam 11 sudah tutup..”
Saya : “Oh, ndak papa. Saya juga minta maaf, sudah mbentak-bentak tadi.”
Pak Petugas : “Anu, Bapak gimana?! Njenengan putra yang keberapa?”
Saya : “. . . . . “

Nama Abah saya memang sakti. Hahag. Hanya dengan melihat nama saja, sudah bisa merubah sikap yang tadinya ‘intimidatif’ jadi ‘friendly’. Gak ada 5 menit setelah proses (dipoto, tandatangan), KTP saya sudah jadi. KTP yang laminasi sih, bukan yang mika kayak ATM gt *eh itu dari mika bukan ya?!* Setelah beres semua, saya potokopi beberapa lembar KTPnya lantas pulang ke rumah untuk sholat dzuhur.

Begitu selesai, saya meluncur ke Kantor Polisi, ketemu dengan Bu Lis dan beberapa kawannya. Saya diajak ngobrol, disuguhi ketela yang dioven *lupa nama makanannya*. Bu Lis kemudian memamerkan SIM saya yang baru. Bentuknya beda, lebih keren dan modern. Trus katanya, SIM baru ini sudah memakai microchip yang berisi data pemegang-nya. Jadi kalau ada urusan apaa gitu, Pak Polisi gak perlu repot-repot menulis biodata lengkap. Tinggal menyeranta pakek alat khusus, data kita akan langsung muncul di layar. Di masa depan, kabarnya, SIM ini juga bisa dipakek buat berbelanja. Wow.. Bu Lis menjelaskan kepada saya kelebihan SIM baru ini, namun :

Saya : *takjub terkesima* “Wow!! Jadi Pak Polisi Lalulintas sudah megang alat canggih ya, Bu?”
Polwan : “Belum. Rencana-nya step-by-step. Kita bikin kartu SIM-nya dulu, nanti alat penyeranta-nya menyusul..”
Saya : “. . . . . .”

Setelah puas ngobrol dengan para Pelayan Masyarakat ini, saya pamitan pulang dan tidak lupa meminta SIM yang baru itu. Sesuai janji, saya pun merogoh tas, mengeluarkan potokopi KTP dari –OH CRAP!!!

KTP dan potokopiannya ketinggalan di rumah.

23 tanggapan untuk “#13 : KTP dan SIM Canggih

  1. upload speed-nya lemot banget..
    jadi gk bisa naroh comicstrip..
    :(

    *alesan*

  2. Mana komik seteripnyaaaah? *pentung2*

  3. nama canggih itu berlaku cuma di rmbang yah, mas? |:)

  4. Pagi-pagi, jam 8 teng sudah nongkrong di kecamatan. Mo dipoto katanya. Gak perlu dipanggil atau antri, karena waktu itu cuma ada kita bertiga yg mo dipoto (kakak saya dan suaminya + saya).

    Jepret2 (pake kamera digital, kelas pocket lah). Beres! Diambil hari Jumat katanya.

    Gak pake ribet! Iya hari itu gak ribet, soalnya ribetnya sudah dilakukan seminggu yg lalu. Mulai dari harus bikin surat pindah dari RT -> RW -> Kelurahan -> Kecamatan (semuanya dengan syarat yang kita juga gak tau!).

    Hasil akhir, ka-te-pe laminating (sendiri, pake setrikaan)…

  5. keren sekali websitenya mas… :)

  6. erik pramana on August 22, 2009 at 08:50 said:

    :-0
    ajaib memang aparat di indonesia nie,,,,, liat tampang ama jepretan doank dah keleleran ampe pake syarat yg bukan2!!! puyeng gw… kebanyakan aturan… tp sim skrg oke jg bro…. biayanya berapa???? masa semua percume bin gratis seh???? :-Z

  7. mas mas..
    orang mana si mas..
    pengen kenal deh..
    pengen tau orangnya…
    pengen tau tips nulis…
    hehehehehe

  8. Alby on January 2, 2010 at 16:21 said:

    |-) :woot: :surprise: :sleepy: :oya: :nyu: :music: :kishishi: :kikik: :hoahm: :grr: :fufu: :dies: :cry: :blush: :bignose: :D :-| :-w :-Z :-O :-E :-? :-3 :-0 :-( :) :(( :( 8-| 8-) (:

  9. ekha on January 2, 2010 at 21:21 said:

    wkekekekek bnyk lucuny ceritanya mas :D :kikik:
    :music: :music: :music:

  10. Qibiya on January 8, 2010 at 15:39 said:

    :D :D :D :D :D :D :D :D :D :D :D :D :D
    ngakak pas baca bagian ini mas…

    • Qibiya on January 8, 2010 at 15:40 said:

      Saya : *takjub terkesima* “Wow!! Jadi Pak Polisi Lalulintas sudah megang alat canggih ya, Bu?”
      Polwan : “Belum. Rencana-nya step-by-step. Kita bikin kartu SIM-nya dulu, nanti alat penyeranta-nya menyusul..”
      Saya : “. . . . . .”

      :D :D :D :D :D :D :D :D :D :D :D :D :D :D :D :D :D :D

      ngakak pas baca bagian ini mas…

  11. hahahahahahaha, ajaib bgt, baru namanya LANGSUNG kaget pak petugasna :D :D :D :D

  12. :-0

    shut up!!keureeenn

  13. GT King on May 21, 2010 at 14:59 said:

    makanya dompet selalu disimpen di kantong celana

  14. adit on June 30, 2010 at 16:35 said:

    lucu abis n keren banget jdi tambah semangat bacana :D :)

  15. Andro on August 15, 2010 at 16:37 said:

    Izin copas kartunya yaaaa |-)

  16. fikamar on August 31, 2010 at 16:00 said:

    yaa itulah Indonesia…

  17. ;-( ;-( ;(

Leave a Reply

Your email address will not be published.

:-) :blush: x) :-w :iyagitu: :fufu: :sorry: :kishi: :gross: :die: 8( :hihi: :-? more »

Post Navigation